PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Dari pengertian tersebut maka pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran berupa komunikasi dua arah melalui kegiatan belajar mengajar.
Kimia sebagai salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum pembelajaran di SMA merupakan ilmu yang kaya akan konsep yang bersifat abstrak. Kimia bukanlah pelajaran yang baru bagi siswa, namun seringkali dijumpai siswa-siswa yang menganggap materi kimia rumit dan sulit dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyajian materi yang rumit, kurang menarik, monoton dan membosankan, dimana konsep dasar kimia menjadi tidak menarik dan semakin sulit dipahami siswa. Untuk mengatasinya diperlukan inovasi dalam penerapan model maupun metode pengajaran kimia, karena keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang dalam hal ini dipengaruhi oleh penerapan model maupun metode pengajaran yang tepat. Pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional dalam pengajaran. Pembelajaran konvensional bersifat searah yaitu dari guru ke siswa, dimana siswa hanya pasif menerima materi dari guru, telah dianggap sebagai cara yang kurang tepat lagi pada masa sekarang ini. (Aisyah, www.multiply.com).
Koloid merupakan pokok bahasan kimia pada semester genap yang menarik untuk dipelajari karena dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Namun, pemahaman siswa pada pokok bahasan koloid ternyata masih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena guru di dalam menjelaskan pokok bahasan koloid tersebut belum menggunakan strategi pengajaran yang tepat. Selama ini pengajaran sistem koloid banyak menggunakan metode ekspositori (ceramah), akibatnya hasil belajar yang didapatkan kurang memuaskan. Berdasarkan arsip tata usaha SMA Negeri 15 Medan, pada pokok bahasan sistem koloid tahun ajaran 2007/2008 diperoleh nilai rata-rata dari empat kelas XI IPA adalah sebesar 6,20.
Dari beberapa hasil penelitian yang membahas tentang pokok bahasan koloid sebelumnya, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Yessy Angkat yang menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat, diperoleh peningkatan dalam hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata di akhir pembelajaran adalah sebesar 6,45, (Angkat, 2006). Penelitian lain oleh Hotman Gultom yang meneliti hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan metode demonstrasi, diperoleh nilai rata-rata di akhir pembelajaran adalah sebesar 6,54, (Gultom, 2004). Metode demonstrasi adalah salah satu cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari secara langsung dan disertai dengan penjelasan lisan. Namun demikian penggunaan strategi pengajaran tersebut belum mempertimbangkan karakteristik daripada pokok bahasan koloid. Oleh karena karakteristik dari pokok bahasan koloid adalah banyak menekankan pada hapalan, bersifat abstrak, dan tidak banyak hitungan, maka dalam penelitian ini diusulkan untuk menggunakan model pembelajaran problem based learning yang didukung media audiovisual untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Problem Based Learning (PBL), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara berkelompok untuk memecahkan suatu masalah secara bertahap sehingga mendapat pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut serta memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. PBL menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari pelajaran tersebut. PBL cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran atau bahasan lanjutan seperti sistem koloid, karena pelajaran dilakukan dengan cara membangun penalaran siswa dari semua pengetahuan yang sudah dimiliki dan yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.
Media merupakan alat penunjang bagi berbagai bentuk pendidikan dan untuk menyampaikan informasi. Media pengajaran yang menarik dan mampu mengaktifkan alat indera siswa, dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta menghindari kejenuhan pada peserta didik. Media audiovisual adalah media yang terdiri dari proses mendengarkan sekaligus dengan pengelihatan karena ditampilkan pada layar. Keunggulan media audiovisual bila dibandingkan dengan media lain adalah dapat membawa dunia nyata, menyajikan gambar dan suara sekaligus sehingga proses pembelajaran lebih menarik, dapat diputar ulang serta hemat dalam hal waktu, tenaga, dan biaya karena materi dapat disajikan dalam bentuk CD yang juga mudah untuk diperbanyak.
Peneliti memilih tempat penelitian di SMA Negeri 15 Medan karena sekolah ini merupakan sekolah asal peneliti dan dekat dari tempat tinggal peneliti, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya, serta memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Selain itu, dari hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa model pembelajaran problem based learning dan media audiovisual masih jarang digunakan dalam pembelajaran kimia di sekolah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan hasil belajar siswa pada pembelajaran sistem koloid dengan model pembelajaran problem based learning yang didukung media audiovisual dengan metode demonstrasi di SMA.
Dengan demikian judul dari penelitian ini adalah : “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sistem Koloid Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Yang Didukung Media Audiovisual Dengan Metode Demonstrasi Di Kelas XI SMA Negeri 15 Medan”.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil belajar kimia di SMA masih rendah.
2. Strategi pengajaran yang digunakan guru dalam menjelaskan pokok bahasan koloid masih belum sesuai.
3. Guru dalam menerangkan pokok bahasan koloid masih monoton.
4. Guru kurang terampil dalam menggunakan media dalam pembelajaran kimia.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini, maka batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran problem based learning yang didukung media audiovisual.
2. Materi pembelajaran yang dibahas adalah tentang sistem koloid.
3. SMA yang digunakan peneliti sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 15 Medan.
1.4. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah ini adalah :
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran problem based learning yang didukung media audiovisual dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran problem based learning yang didukung media audiovisual dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Agar guru-guru dapat menerapkan model pembelajaran problem based learning yang didukung penggunaan media pembelajaran.
2. Menambah wawasan guru tentang pentingnya media dalam kegiatan pembelajaran.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih media dan metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar.
4. Hasil penelitian juga bermanfaat bagi dinas pendidikan nasional, untuk dapat membuat suatu kebijakan dimana guru-guru dapat mengembangkan pembelajaran dengan model problem based learning di sekolah.