Update Artikel

Kamis, 29 Juli 2021

 Aksi Nyata Modul 1.4. Budaya Positif

PEMBUATAN KESEPAKATAN KELAS XII MIA 1 

SMA NEGERI 17 MEDAN T.A. 2021/2022

 

  1. Latar Belakang

 

Kesadaran akan penerapan disiplin murid saat ini masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut reward dan punishment. Komunikasi yang dibangun masih satu arah, peran atau kontrol guru belum sampai pada tahap control manager melainkan sebagai hakim bagi murid.

 

Dalam menciptakan budaya positif di sekolah dibutuhkan sinergitas dari semua pemangku kepentingan di sekolah dalam menerapkan pembiasaan positif. Dengan menerapkan pembiasan positif maka akan timbul disiplin positif. Disiplin positif inilah yang nantinya akan menjadi budaya positif.. Budaya positif lahir karena telah tumbuhnya kesadaran dan komitmen dari masing-masing individu. Kesadaran dan komitmen tersebut dimulai dari dalam diri. Hal itu merupakan ciri khas dari motivasi intrinsik, dimana karakter disiplin yang kuat terbentuk dalam diri setiap warga sekolah dan berkembang menjadi budaya positif sekolah.

 

Sekolah yang memiliki ciri khas adalah sekolah yang didalamnya terdapat sesuatu yang ajeg dan bisa dilestarikan dan menimbulkan kenyamanan dalam pembelajaran, salah satunya adalah budaya positif yang dimiliki sekolah. Apabila budaya positif dikembangkan oleh seluruh warga sekolah maka akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi antar warga sekolah.  Budaya positif akan tercermin dalam pembelajaran didalam kelas. Situasi kelas menjadi nyaman serta adanya keperdulian satu sama lain. Sehingga akan menciptakan budaya ajar yang baik.

 

Salah satu contoh penerapan budaya positif yang bisa dikembangkan disekolah adalah pembuatan kesepakatan kelas bersama murid, yang bertujuan untuk menumbuhkan tanggung jawab dan kepedulian siswa dikelas. Kesepakatan yang dibuat hendaknya menampung aspirasi antar siswa, karena mereka yang tahu banyak tentang kelas dan pembelajaran didalamnya. Kolaborasi antar siswa yang menelurkan ide-ide untuk menyepakati peraturan kelas yang dijadikan sebagai landasan aturan dikelas. Konsekuensi yang ditimbulkan menjadi bagian kesepakatan yang harus diikuti. Apabila kesepakatan ini dijalankan maka budaya positif akan nampak nyata terlihat dalam diri siswa dan guru.

 

  1. Deskripsi Aksi Nyata

 

Proses Pelaksanaan Aksi Nyata

 

Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan literasi sekolah, sehingga akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar. Menerapkan dan membiasakan komunikasi dua arah pada seluruh warga sekolah. Berawal dari peran guru membudayakan disiplin positif dengan mengubah paradigma disiplin menjadi disiplin positif.

 

Linimasa tindakan yang akan dilakukan yaitu:

  1. Sosialisasi budaya positif kepada semua pemangku kepentingan di sekolah yaitu Kepala Sekolah

  2. Mengatur jadwal pertemuan untuk membuat kesepakatan kelas 

  3. Pelaksanaan pembuatan kesepakatan kelas

  4. Merefleksi kegiatan dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah

 

Aksi nyata kali ini dalam rangka menumbuhkembangkan budaya positif yang sudah ada disekolah. Mengajak semua pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyeluruh ke semua warga sekolah. Terutama mengimbaskan di kalangan murid atau peserta didik dengan motivasi dan dukungan guru pengampu mata pelajaran. Serta bimbingan walli kelas dalam apresiasi budaya positif dalam dan antar anggota kelas.

 

Untuk menerapkan pembiasaan budaya positif diperlukan komunikasi dua arah antar pemangku kepentingan, karena konsekuensi bersama terhadap sebuah aturan dalam rangka penerapan disiplin positif tidak akan berhasil tanpa kesadaran penuh dari masing-masing individu. Untuk itu diperlukan kesepakatan bersama di dalam kelas jika lingkupnya guru mata pelajaran dalam satu kelas. Jika kesepakatan dala satu sekolah, berlaku untuk semua pemangku kepentingan di sekolah.

 

Selama masa pandemi covid-19, Kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring sehingga untuk membuat kesepakatan kelas kali ini pun kami lakukan secara daring (online) dengan bantuan aplikasi video conference Google Meet. Adapun tahapan pembuatan kesepakatan kelas yang kami lakukan antara lain:

 

  1. Mengatur waktu pertemuan untuk membuat kesepakatan kelas di grup Whatsapp kelas XII MIA 1



  1. Mengirimkan link Google Meet di grup Whatsapp kelas agar murid dapat bergabung

             
  1. Menyapa murid dan memberikan motivasi untuk tetap semangat belajar di kelas XII


  1. Berdiskusi dengan murid tentang bagaimana kelas impian mereka


  1. Meminta murid mengutarakan pendapatnya (ide) masing-masing tentang harapan mereka untuk kelas XII MIA 1 nantinya dalam link Jamboard yang ada di Google Meet

  1. Masing-masing murid mengutarakan pendapatnya dalam Jamboard dan dapat dilihat oleh murid lainnya. Selanjutnya guru memberikan kesempatan bagi murid untuk saling memberikan tanggapan terhadap pendapat (ide) dari temannya.


  1. Bersama membuat kesepakatan untuk kelas XII MIA 1


  1. Membuat komitmen untuk melaksanakan kesepakatan kelas tersebut dan bersedia menerima konsekuensi jika tidak mematuhi kesepakatan yang tekat di sepakati bersama



Dokumentasi Poster Kesepakatan Kelas XII MIA 1

  1. Hasil Aksi Nyata

Pada tanggal 21 Juli 2021 pembelajaran tahun ajaran baru sudah mulai aktif kembali. Kami mulai menerapkan kesepakatan kelas yang telah dibuat sebelumnya. Beberapa perubahan yang terlihat diantaranya dari segi kedisiplinan murid dalam mengikuti pembelajaran dan sopan santun dalam berkomunikasi dengan guru. 

Kesepakatan kelas memberikan perubahan yang positif bagi murid di kelas tersebut. Timbul kesadaran dan motivasi dari dalam diri mereka untuk menjalankan kesepakatan kelas yang dibuat dan disepakati bersama. Dampak yang terlihat adalah timbulnya kesadaran akan disiplin positif yang terlihat dari terbentuknya karakter positif murid serta terwujudnya budaya positif di sekolah yang akan mendukung visi sekolah yang diimpikan.

  1. Refleksi Aksi Nyata

1. Merencanakan dan Melaksanakan Aksi Nyata

Perasaan saya ketika merencanakan dan melaksanakan aksi nyata berupa pembuatan kesepakatan kelas ini sangat bersemangat dan penuh keyakinan bahwa dengan menerapkan kesepakatan kelas ini akan dapat membantu menumbuhkan disiplin positif dalam diri guru dan murid. Ketika disiplin positif sudah berakar dalam diri, maka akan terbentuk karakter positif dan bermuara menjadi budaya positif di sekolah. 

Aksi nyata kali ini merupakan pencerminan dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berhamba pada murid dan menuntun kodrat anak. Selain itu penerapan budaya positif melalui pembuatan kesepakatan kelas sangat mendukung untuk mewujudkan Visi saya sebagai Guru Penggerak. Visi saya adalah “Terwujudnya profil pelajar Pancasila yang berbudi pekerti luhur dan merdeka”. 

 

Sejujurnya di dalam hati kecil saya juga merasa sedikit khawatir akan beberapa hal seperti:

  • Murid-murid di kelas XII MIA 1 berasal dari latar belakang sosial ekonomi, suku, dan agama yang berbeda-beda. Apakah kesepakatan kelas dapat tercapai ditengah heterogenitas murid di kelas tersebut?

  • Apakah kesepakatan kelas ini dapat terlaksana secara efektif dalam pembelajaran daring?

 

Tetapi saya tetap meyakinkan diri saya sendiri bahwa ketika semua pihak yang terlibat memiliki kesadaran penuh akan pentingnya budaya positif dan memegang teguh komitmen bersama maka hal itu akan dapat diwujudkan. Heterogenitas yang ada di kelas tersebut memang menimbulkan karakter dan pembiasaan positif yang beragam namun kemudian blended membentuk kebiasaan positif sekolah dengan tetap menonjolkan hal-hal positif yang sudah ada.

Respon dari para murid juga sangat baik. Mereka merasa senang dan bersemangat melakukan perubahan positif di kelas. Bersemangat untuk melaksanakan hasil kesepakatan karena ide dan aspirasi mereka juga tercurah di dalamnya. Hal tersebut menimbulkan motivasi intrinsik di dalam diri murid untuk dapat menjadi lebih baik. 

Yang menjadi tantangan bagi saya adalah ketika ada murid yang kurang aktif dalam diskusi, enggan memberikan ide, dan ada juga yang tidak memberikan respon tanggapan meski terhadap respon antar teman. Barangkali yang tidak memberikan ide masih bingung, tapi ada yang hanya merespon tanggapan temannya saja. Tantangannya lagi adalah mengontrol kelas agar kondusif fokus dalam kegiatan positif di satu sisi mendengar hal-hal lain dari murid yang kesemuanya harus disaring Kembali.

2. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Proses kegiatan aksi nyata ini belum seratus persen terlaksana sesuai dengan rancangan karena terbentur dengan libur kenaikan kelas. Rencana yang awalnya sekolah akan mulai dibuka untuk pembelajaran tatap muka, nyatanya masih belum bisa terealisasi karena adanya PPKM Darurat seiring meningkatnya kasus pandemi covid-19 di wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Sehingga rencana tindakan aksi nyata tidak sesuai seratus persen dengan rancangan dan fakta yg dihadapi. Jadi proses sosialisasi dan pemberian feedback serta pembiasaan positif dilakukan dengan keterbatasan secara daring.

Aksi nyata penerapan budaya positif melalui pembuatan kesepakatan kelas dapat terlaksana dengan baik, hal ini ditandai dengan tumbuhnya kebiasaan-kebiasaan positif dalam proses pembelajaran di kelas, seperti sikap sopan santun ketika berkomunikasi dengan guru secara langsung maupun melalui chat Whatsapp

Keberhasilan dan Kegagalan Pelaksanaan Aksi Nyata

Keberhasilan: 

 

  1. Murid Senantiasa berusaha untuk mengikuti kesepatan kelas yang sudah dibuat

  2. Minat belajar semakin meningkat dan murid lebih antusias mengikuti pembelajaran.

  3. Sebagian besar murid dikelas mulai menerapkan disiplin positif sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan baik.


Kegagalan:

 

  1. Tidak semua murid bisa mengikuti kesepakatan kelas dengan baik, ada beberapa diantaranya masih belum bisa konsisten menjalankan apa yang sudah disepakati.

  2. Guru belum bisa secara maksimal menerapkan hukuman yang harusnya diterima oleh murid yang melanggar kesepakatan.

 

Beberapa pelajaran yang diperoleh dan kaitannya dengan materi sebelumnya

  • Kaitan dengan Visi Guru Penggerak

 

Pelajaran yang diperoleh dari aksi nyata ini adalah bahawa aksi nyata secara langsung dapat membantu mewujudkan visi sekolah yang telah dibahas pada modul sebelumnya. Untuk mewujudkan visi tersebut, diperlukan kolaborasi dari seluruh warga sekolah untuk menerapkan disiplin positif agar dapat menumbuhkan budaya positif sekolah dan disertai dengan pembentukan karakter positif murid. Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas, sehingga dapat menjadi budaya positif dan mencerminkan visi sekolah? Kelas adalah miniatur dari sekolah, dan sekolah adalah miniatur dari bangsa. Bangsa yang berbudi pekerti baik serta berdisiplin positif bermula dari bangku-bangku di sekolah. Sehingga bagaimana menumbuhkan budaya positif adalah bermula dari kegiatan belajar mengajar di kelas dan upaya guru berinteraksi dengan murid.

 

  • Kaitan dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak

 

Begitu juga materi pada modul sebelumnya dimana nilai-nilai dan peran guru penggerak yaitu pembelajaran berpusat pada murid, dengan kolaborasi, refleksi, guru akan mudah berinovasi dan kemandirian belajar menjadi sebuah keniscayaan jika karakter guru juga kuat. Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dan peserta didik dalam membangun budaya positif yaitu dengan menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah. Memunculkan kekuatan, dan menyamarkan yang hal-hal yang bersifat stagnan. Sehingga yang diharapkan semua bergerak untuk menuju perubahan yang signifikan. Dengan berkolaborasi membentuk karakter baik dan menerapkan disiplin positif yang akan menjadi budaya sekolah. Dengan memulainya dari kelas, mulai dengan murid yang diajar, mulai dengan mata pelajaran yang diampu.

 

  • Kaitan dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila

 

Sesuai dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bahwa guru seyogyanya menuntun segala kodrat yang ada pada anak dan berhamba pada anak, atau dikenal dengan pembelajaran sistem among. Guru sebagai fasilitator di depan menjadi contoh, ditengah sebagai penyemangat dan di belakang menjadi pendorong demi majunya sebuah pendidikan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid yang beragam. Penerapan budaya positif seperti religius, disiplin dan toleransi antar sesama dikaitkan dengan profil pelajar Pancasila yaitu: Beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, bersifat kebhinekaan dan bergotong royong. Dimana nilai-nilai itu akan menjadi dasar pembiasaan positif. Ketika pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing global dengan kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong royong sesama.

 

 

  1. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

 

 

Rencana perbaikan di masa mendatang antara lain:

  • Merefleksikan bersama apa yang membuat kegagalan penerapan kesepakatan kelas bagi beberapa murid, lalu mencari solusi untuk mengatasi masalah – masalah yang ada.

  • Menjalin kerja sama dengan orang tua murid untuk meningkatkan disiplin positif sehingga kesepakatan kelas yang telah disepakati bersama bisa terlaksana secara konsisten dan menyeluruh.

  • Melibatkan guru BK dalam membuat kesepakatan kelas

  • Berkolaborasi dengan Kepala Sekolah dan PKS agar pembuatan kesepakatan kelas menjadi salah satu materi tambahan yang disampaikan di masa MPLS untuk semua kelas

  • Meningkatkan kolaborasi dengan rekan sejawat

  • Mensosialisasikan tentang penerapan budaya positif di sekolah dengan penjelasan secara personal maupun melalui poster yang akan ditempelkan di mading sekolah